Allah telah menyediakan tempat, hari dan waktu bernilai besar bagi kemulyaan hamba beriman. Diantara waktu yang bernilai luar biasa besar di bulan suci, Ramadhan dan malam 10 akhir, yaitu Malam Qadar. Berikut penjelasan tentang malam Qadar.
Tirmidzi, Ibnu Majah dan selainnya meriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radliallahu ‘anha, beliau berkata,
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها ؟ قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
Aku berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui waktu malam Al Qadr, apakah yang mesti aku ucapkan pada saat itu?” Beliau menjawab, “Katakanlah, Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu’anni (Yaa Allah sesungguhnya engkau Maha pemberi ampunan, suka memberi pengampunan, maka ampunilah diriku ini).” (HR. Tirmidzi nomor 3513, Ibnu Majah nomor 3850 dan dishahihkan oleh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah nomor 3105)
Lailatul Qadar adalah malam mulia penuh berkah. Laila
berarti malam. Qadar bisa berarti penghargaan. Kemuliaan malam itu terletak pada penurunan Alquran
dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia. Keberkahannya terletak pada keagungan
malamnya karena keberkahan isi Alquran.
Sejak dulu hingga kini bahkan sampai kiamat nanti, Lailatul
Qadar akan tetap abadi dalam kerahasiaan. Hal tersebut dimaksudkan agar manusia
terdorong bersungguh-sungguh untuk mendapatkan dan menggapainya.
Disamping agar manusia menghidupkan malam-malam Ramadhan
sebanyak mungkin dalam rangka menjalin hubungan dengan Tuhan. Malam itu adalah
malam yang lebih baik dari pada seribu bulan atau 83 tahun (QS. Al-Qadar: 3)
bagi orang-orang yang beribadah dengan landasan
keimanan dan mengharap pahala serta ridha Allah SWT.
Hadis-hadis yang menjelaskan mengenai Lailatul Qadar
variatif dan banyak. Sebagian tidak memberikan batasan rinci dan mendorong kita
untuk mengusahakannya setiap malam di bulan Ramadhan; sebagian lain menyebut
sepuluh hari terakhir; sebagian lagi menyebut pada malam-malam ganjil di
sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Pandangan Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di
sepuluh terakhir Ramadhan merupakan pendapat yang rajih (paling kuat). Dari Aisyah
RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam
ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan." (HR. Bukhari).
Dalam hadis lain dari Aisyah RA disebutkan, “Adalah
Rasulullah SAW, jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, maka beliau
mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan
keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Keutamaan Lailatul Qadar terhadap malam-malam lainnya
merupakan hal yang alami sebagaimana Allah melebihkan satu makhluk atas
lainnya; melebihkan sebagian laki-laki atas sebagian wanita; melebihkan Makkah,
Madinah dan Al-Qud atas tempat istimewa lainnya; dan melebihkan sebagian Rasul
atas sebagian lainnya. Keutamaan tersebut merujuk pada keutamaan waktu, tempat,
dan pribadi karena substansi yang diberikan oleh Allah SWT di dalamnya.
Adapun tanda-tanda turunnya Lailatul Qadar yang
direpresentasikan dalam bentuk indahnya fenomena alam sebagaimana disebutkan
oleh sebagian ulama tampaknya tidak cukup menjadi pegangan. Hal tersebut karena
tidak ada petunjuk syariat yang secara tersurat memberikan penjelasan mengenai
perubahan fenomena alam dimaksud.
Alquran sendiri hanya menyebut mengenai Lailatul Qadar dalam
dua surah: Ad-Dukhan dan Al-Qadar. Di dalam surah Al-Qadar disebutkan,
"Pada malam qadar itu para malaikat dan Jibril turun dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar." (QS. Al Qadar: 4-5).
Sehingga tampaknya cukuplah bagi kita memegangi komentar
Imam At-Thabari yang menyatakan, semua fenomena alam yang disebutkan para ulama
bersifat tidak pasti. “Yang pasti,
turunnya Lailatul Qadar merupakan sesuatu yang pasti, namun penurunannya
tidak dapat dilihat maupun didengar oleh panca indra."
Lailatul Qadar merupakan anugerah Tuhan kepada umat Muhammad
agar nilai ibadah mereka sama, bahkan melebihi umat-umat terdahulu yang
dipanjangkan umurnya. Hanya saja caranya, umat Muhammad harus ekstra
sungguh-sungguh dalam mencarinya sebab kadar kemuliaan dan kadar keberkahan di
malam Qadar itu tetap abadi dalam kerahasiaan.
Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA(ROI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar